Eric
Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai pengembangan teori
psikoanalisis dari Freud. Di dalam teori psikososial disebutkan bahwa tahap
perkembangan individu selama siklus hidupnya, dibentuk oleh pengaruh sosial
yang berinteraksi dengan individu yang menjadi matang secara fisik dan
psikologis. Secara umum inti dari teorinya adalah :
- Perkembangan emosional sejajar dengan pertumbuhan fisik.
- Adanya interaksi antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
- Adanya keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
- Dalam menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial akan menyatu.
- Pada setiap saat anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.
- Perkembangan manusia dari sejak lahir hingga akhir hayat dibagi dalam 8 fase, dengan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase.
Prinsip – prinsip pertumbuhan
dan perkembangan :
1.
Tumbang
manusia akna berjalan sesuai dengan yang diprediksikan, berkelanjutan dan
berurutan.
2.
Tumbang
neuromuskular mengikuti / sesuai dengan pola cephalo-caudal atau proximodistal
3.
Setiap
perkembangan terkini adalah diyakini sebagai tanda telah selesainya tugas
perkembangan yang sebelumnya, dan sebagai dasar untuk mengembangankan keahlian
baru.
4.
Tumbang
mungkin untuk sementara akan gagal atau menurun selama periode kritis.
5.
Pola tumbang setiap individu berbeda
tergantung genetik. Lingkungan yang mempengaruhi selama masa kritis
Teori perkembangan yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu
teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Erik erikson menyimpulkan
bahwa perkembangan anak itu mengalami delapan tahap dan setiap tahapnya
menawarkan potensi kemajuan dan potensi kemunduran ( Human Development;1978).
Teori Erikson dikatakan juga sebagai salah
satu teori yang sangat selektif karena didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang
pertama, karena teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki kaitan atau
hubungan dengan ego yang merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian
manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap
tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan, dan yang ketiga/terakhir adalah
menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam mengabungkan pengertian
klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat memberikan kekuatan/kemajuan
dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan. Melalui teorinya
Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari mengenai perilaku
manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna memahami
persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern
seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk
menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan,
baik anak, dewasa, maupun lansia.
Delapan tahap/fase perkembangan menurut Erikson
memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan
di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua
polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh
setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut :
Developmental
Stage
|
Basic
Components
|
Infancy
(0-1 thn)
Early
childhood (1-3 thn)
Preschool
age (4-5 thn)
School
age (6-11 thn)
Adolescence
(12-10 thn)
Young
adulthood ( 21-40 thn)
Adulthood
(41-65 thn)
Senescence
(+65 thn)
|
Trust
vs Mistrust
Autonomy
vs Shame, Doubt
Initiative
vs Guilt
Industry
vs Inferiority
Identity
vs Identity Confusion
Intimacy
vs Isolation
Generativity
vs Stagnation
Ego
Integrity vs Despair
|
Kedelapan tahapan perkembangan kepribadian dapat digambarkan dalam tabel
berikut ini :
- Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust-mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai
atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai
orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya.
Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang
tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing
tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan
sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi
menangis.
- Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu
Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan
autonomy-shame, doubt. Pada masa ini
sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk,
berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang
tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan
dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari
orang tuanya.
- Inisiatif vs Kesalahan
Masa
pra sekolah (Preschool Age) ditandai
adanya kecenderungan initiative-guilty.
Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan
kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi
karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami
kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan
bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
- Kerajinan vs Inferioritas
Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya
kecenderungan industry-inferiority.
Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak
sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk
mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak
lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya
kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat
menyebabkan anak merasa rendah diri.
- Identitas vs Kekacauan Identitas
Tahap
kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan
berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity-Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung
pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk
membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.
Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja
sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang
oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan
identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan
dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya
mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap
peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
- Keintiman vs Isolasi
Tahap
pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan memasuki
jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30
tahun. Masa Dewasa Awal (Young adulthood)
ditandai adanya kecenderungan intimacy-isolation.
Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok
sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah
mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang
tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk
hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang
dengan yang lainnya.
- Generativitas vs Stagnasi
Masa
dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh
orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan
generativity-stagnation. Sesuai
dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari
perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup
banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan
kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala
macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas.
Untuk mengerjakan atau
mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan.
- Integritas vs Keputusasaan
Tahap
terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh
orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya
kecenderungan ego integrity-despair.
Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua
yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang
telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin
ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi
karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai.
Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi
masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan
dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.
KESIMPULAN
Eric erikson merupakan salah satu dari ahli yng membahas tentang
perkembangan manusia. Menurutnya ada delapan tahap/fase, diantara lain :
1.
Kepercayaan
vs Ketidakpercayaan
2.
Otonomi
vs Rasa Malu dan Ragu-ragu
3.
Prakarsa
vs Rasa Bersalah
4.
Rajin
vs Rasa Rendah Diri
5.
Identitas
Diri vs Kekacauan Peran
6.
Keintiman
vs Pengasingan
7.
Perluasan
vs Stagnasi
8.
Integritas
dan Keputusasaan
DAFTAR
PUSTAKA
Anita Yus. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Kencana.
Galih Pamungkas.2012.Teori
Perkembangan Menurut Erik Ericon dan
Sigmund Frued (anyblog-pemungkas.blogspot.com diakses 11 november 2012
Jess Feist., Gregory J. Feist.
2010. Teori kepribadian.Jakarta:
Salemba humanika.
Sally wendkos olds., dkk. 2008. Human
development. Jakarta: kencana prenada media grup,