BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Pendidikan
Anak Usia Dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak usia
lahir sampai usia lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan secara menyeluruh
mencakup semua aspek perkembangan dengan memberikan stimulasi terhadap
perkembangan jasmani dan rohani agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal
sebelum memasuki sekolah dasar (UU NO.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasioanal)
Untuk
berkembang secara optimal maka anak selalu aktif dalam segala kegiatannya.
Namun, anak yang terlalu aktif atau yang terlalu pasif akan menimbulkan masalah
tertentu. Masalah merupakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Banyak masalah yang timbul dalam diri anak usia dini.
Jenis-jenis
permasalahan yang sering terjadi dikelompokkan menjadi permasalahan fisik, sosial,
emosi, intelektual dan moral. Permasalahan fisik berupa gangguan panca indera,
cacat tubuh, kidal kesulitan bicara, encoporesis, gangguan perkembangan bahasa
dan lain-lain. Permasalahan sosial dapat berupa permasalahan anak yang pemalu,
anak manja, pembangkang dan permasalahan yang menyangkut hubungan sosial anak.
Permasalahan emosi seperti marah, takut, cemas, cemburu, mengisap jempol, sedih
dan iri hati. Permaslahan intelektual seperti permasalahan anak yang lamban
dalam belajarnya, anak yang berbakat dan anak berkebutuhan khusus lainnya.
Permasalahan moral dapat meliputi cangkupan mencuri, berbohong dan merusak.
Semua
permasalahan diatas dapat disebabkan karena adanya gangguan kebiasaan pada
anak. Anak terbiasa melakukan hal-hal yang kita katakan sebagai masalah. Dalam
makalah kami, kami membahas masalah anak yang hobi menghisap jempol, menggigit
kuku, mengompol, encopresis (buang air besar), gangguan tidur, dan gangguan
gairah.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan Gangguan Kebiasaan?
2. Apa yang
menyebabkan anak hobi menghisap jempol dan bagaimana pencegahan yang tepat
untuk anak yang hobi menghisap jempol?
3. Bagaimana
penanganan yang tepat untuk anak yang mengompol?
4. Bagaimana
gejala dan penanaganan anak yang mengalami encopresis (kotoran) ?
5. Bagaimana
penanganan anak yang mengalami gangguan tidur?
6. Bagaimana
penanganan anak yang mengalami gangguan gairah?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui maksud dari gangguan kebiasaam
2. Untuk
mengetahui dan memahami hobi anak yang suka menghisap jempol dan pencegahan-pencegahannya.
3.
Untuk mengetahui penanganan yang tepat pada
anak yang mengompol
4.
Untuk mengetahui gajala dan penanganan yang
tepat untuk anak yang mengalami encopresis
5.
Untuk mengetahui penanganan anak yang mengalami
gangguan tidur
6.
Untuk mengetahui penanganan anak yang mengalami
gangguan gairah.
BAB II
PEMBAHASAN
GANGGUAN KEBIASAAN
A.
Pengenalan
Istilah Gangguan kebiasaan terjadi
secara terus-menerus, sebagian besar disengaja
dan
tanpa dikendalikan oleh fungsi motorik
anak. Termasuk mengompol, kotoran, menggigit
kuku, hobi
menghisap jempol, makan yang
berlebihan, tidur sambil berjalan,
dan gagap. Karena
kebiasaan ini telah sering diulang, mereka
akan melawan perubahan. Sigmund Freud pernah mengamati, "banyak dari kita tidak sadar
tentang kebiasaan". Seringkali kita melakukan kebiasaan tanpa menyadari bahwa kita melakukannya.
Orang
tua cenderung
percaya bahwa kebiasaan tersebut
tidak menimbulkan masalah, mereka
menganggap anak akan "mengatasi" sendiri. Dengan cara ini mereka tidak harus menghadapi masalah
dengan memikirkan kedepannya, kejujuran dan rencana tindakan
yang pasti untuk mengatasinya.
Faktanya, anak-anak biasanya tidak lepas dari kebiasaan. Kecenderungan
kebiasaan tersebut akan tumbuh dan mendarah daging
pada anak. Selain mengabaikan
kebiasaan buruk, orang tua sering kali
bangga terhadap anak
mereka yang memiliki kebiasaan tersebut. Mereka tidak
menghukum anak yang cenderung
bertindak negatif dan
bertindak
tidak menyenangkan di rumah.
B.
Hoby Menghisap Jempol
Ketika seorang anak memasukkan ibu jarinya ke dalam mulutnya,
bibirnya membentuk
pertahanan di sekitar ibu jari, dan mengisap bibir, pipi, dan lidah.
Permukaan telapak
tangan ibu jari biasanya menghadap ke atas. Biasanya tangan
lain anak
menggosok bagian tubuh
lainnya seperti telinga atau rambut, atau benda kesukaan seperti boneka
atau selimut.
Meskipun di tahun pertama dan kedua kehidupan sangat umun, namun kebiasaan menghisap jempol secara
bertahap akan berkurang dengan
bertambahnya umur pada anak. Lebih khusus lagi pada masyarakat kita, sekitar 40% dari anak usia
1 tahun, 20% dari anak usia
5 tahun, dan 5% dari anak
berusia 10 tahun aktif menghisap jempol. Dengan demikian, kebanyakan anak secara alami mengatasi
kebiasaan itu, tapi ada
yang berlanjut hingga anak menjadi remaja dan dewasa. Dari
anak-anak yang sering menghisap jempol pada beberapa tahun pertama kehidupan, sekitar 50% akan
menghentikan kebiasaan itu pada usia 5 tahun, 75% pada usia 8 tahun, dan 90% pada usia 10 tahun. Anak akan mulai menghisap jempol pada usia 9 bulan. Anak perempuan lebih banyak menghisap jempol dibandingkan
dengan anak laki-laki.
1.
Alasan
mengapa
Bukti menyatakan bahwa bahkan di dalam rahim pun
beberapa bayi menghisap jempol mereka.
Bayi menghisap bukan hanya karena
membutuhkan makanan, tetapi karena hal itu menyenangkan. Memberikan anak kesenangan, perasaan hangat, dan
penuh kenyaman. Penggunaan dot merupakan contoh
untuk menghentikan menghisap jempol pada anak. Anak-anak akan menghisap
jempol ketika mereka takut, ketika lapar,
ketika mengantuk, atau ketika membutuhkan pengalaman yang
menyenangkan. Secara bertahap kebiasaan ini akan
berhenti dengan sendirinya saat anak dewasa.
2.
Efek Menghisap Jempol
Dokter gigi
telah memperingatkan kita tentang efek buruk yang
dihasilkan oleh menghisap
jempol pada pengembangan tulang rahang, yakni kelainan gigi, kesulitan dalam
mengunyah, dan perusakan wajah. Penelitian yang dilakukan dalam 2 tahun terakhir telah menjelaskan fakta bahwa menghisap jempol memang
meningkatkan resiko cacat pada gigi dan wajah. Intensitas usia, durasi mengisap, dan kondisi mulut
kemungkinan
akan mempengaruhi
masalah gigi.
Terlepas dari gangguan gigi, kebiasaan
menghisap jempol cenderung mengakibatkan
anak tidak merespons orang lain ketika sedang mengisap jempol, sehingga mereka mungkin kurang merespon saat
dipanggil namanya. Ketika menghisap, anak cenderung menutup dunianya, melamun dan sibuk
sendiri. Masalah anak yang hoby menghisap
jempol akan menghilang ketika anak-anak lain mengolok-olok
nya dan dia menjadi sadar.
3.
Bagaimana
mencegah
a.
Dot sebagai pengganti. Penggunaan
dot sebagai pengganti sangat
menguntungkan
untuk kebiasaan menghisap jempol ini. Namun, jika anda membiarkan
kebiasaan menghisap
jempol ini menjadi suatu kebiasaan yang tidak bisa
dihilangkan, anak biasanya akan menolak dot sebagai pengganti.
b.
Toleransi. Sebagian besar anak
prasekolah akan menghisap jarinya di
tempat tidur, atau ketika
mereka lelah, sakit,
malu, atau kesal. Sebagian
besar anak-anak ini akan
mengatasi kebiasaan itu pada usia
4 tahun. Dengan demikian, orang tua harus menghindari masalah tersebut ketika anak masih kecil.
c.
Memberikan
keamanan. Semakin aman anak, semakin sedikit pula keinginan anak mencari
kenyamanan dari menghisap
jempol. Jika
anak mengalami masalah karena tekanan, seperti
kesulitan belajar atau
persaingan antar saudara, cobalah untuk mengurangi tekanan. Pastikan suasana
rumah menjadi mudah, aman,
dan bahagia, serta menjadikan persahabatan
antara orang tua dan anak.
d.
Meningkatkan waktu menghisap.
Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan adalah: puting yang mengalir lambat; jadwal yang lama.
4.
Apa yang harus
dilakukan
a.
Mengabaikan. Dalam mengabaikan kebiasaan menghisap jempol ini, anda dapat berusaha dengan
menjaga
kesibukan
anak melalui
berbagai kegiatan. Pastikan
anak bermain dengan orang dewasa dan teman sebaya. Menyediakan berbagai bahan permainan yang merangsang keaktifan tangan, seperti tanah liat dan krayon.
b.
Bimbingan. Berikan pengarahan
kepada anak mengenai efek negatif dari
menghisap jempol dan mencoba untuk meminta kerjasama anak dalam penerapan langkah-langkah
perbaikan. Nyatakan ketidaksetujuan
anda terhadap kebiasaan
ini serta yakinkan
diri anak mampu menghilangkannya.
c.
Imbalan dan hukuman: Hadiah, termasuk pujian sosial dan
benda-benda nyata seperti makanan
dan mainan, telah digunakan secara sukses oleh orang tua untuk
membantu anak mengendalikan kebiasaan
menghisap jempol. Hukuman
yang biasa adalah dengan penarikan dari dorongan
positif. Misalnya, saat di tempat tidur ketika orang
tua memulai rutinitas membacakan
cerita
untuk anak,
tetapi pembacaan cerita akan berhenti setiap
kali anak tersebut menghisap
jempolnya. Orang tua lainnya menghukum anak mereka dengan mematikan
TV selama
5 menit setiap kali anak menghisap
jempol di
depannya.
d.
Teknik lainnya.
1) Pengingat. Ingatkan anak
untuk berhenti menghisap
jempolnya setiap kali anda melihat perilaku ini
pada siang hari dan hanya dengan
melepaskan jempol dari
mulutnya setelah anak
tidur.
2)
Penghapusan. Mengambil benda
yang disukai anak dapat mengurangi kenikmatan anak
dari menghisap jempol dan menyebabkan
ia melupakannya.
3)
Bersaing respon. Setelah menghisap jempol sudah menjadi kebiasaan lama, sangat sulit untuk menghentikan kecuali anda memiliki sesuatu yang lain yang bisa dilakukan. Ajarkan kepada
anak, kemudian, respon fisiknya ketika dia merasa ingin untuk mengisap jempol. Letakkan ibu jari di bawah
empat jari lainnya. Keluarga harus memuji tindakan anak.
bentuk
lain nya seperti memberikan permen karet dan lollypops.
4)
Membatasi sebuah tindakan. Untuk anak yang
lebih tua yang yang
tidak bersedia, beberapa bentuk pembatasan dapat digunakan sebagai teknik tambahan. Misalnya, memakaikan sarung tangan pada anak saat menonton tv.
5)
Tekanan
sosial. Beberapa orang tua telah menginstruksikan kepada saudara mereka untuk melarang
anak menghisap
jempol dan melaporkan setiap kejadian kepada mereka. Selain itu, anda mungkin meminta
bantuan guru. Jika
anak masih mengisap jempol di TK, anda dapat meminta guru untuk menginformasikannya.
6)
Latihan
kesadaran. Anda dapat membantu
menyadarkan anak
yang menghisap jempol dengan meminta anak mengisap ibu jari mereka
di depan cermin selama 5
sampai 10 menit,
sekali atau dua kali sehari pada waktu yang ditetapkan.
7)
Mengisap jempol anda sendiri. Dr Rudolf Driekurs telah menyarankan praktek ini sebagai cara
yang di sengaja. Anak akan merasa jijik
dan mungkin
akan menghentikan kebiasaan itu.
e. Peralatan
gigi. Penelitian
sampai saat ini telah menunjukkan bahwa cara yang paling sukses untuk
menghentikan kebiasaan menghisap
jempol adalah dengan menggunakan
sebuah alat
oral yang dimasukkan ke
dalam mulut anak oleh seorang dokter gigi. Biasanya lebih dari seminggu kebiasaan
itu akan hilang, sesekali muncul, dan kebiasaan itu rupanya tidak muncul
kembali.
f. Saran. Kebanyakan anak sangat
mudah dinasehati, terutama saat
masih kecil. Jadi, sementara anak
masih
di sekolah TK, anda mungkin dapat mengatakan hal tersebut dengan lembut
dan menenangkan.
C.
Menggigit
Kuku
Survey menunjukkan bahwa sejumlah besar
anak-anak yang menggigit kuku, akan terus
menggigit kuku mereka sehingga kuku mereka menjadi jelek, nyeri atau pendarahan. Kebiasaan menggigit
kuku ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria. Penggigit
kuku sering
merasa malu
untuk menampilkan kuku mereka didepan umum dan dapat muncul kecemasan serta tidak nyaman dalam situasi sosial. Meskipun sangat umum, menggigit
kuku adalah
salah satu kebiasaan yang paling
sulit untuk dimodifikasi.
1.
Alasan mengapa
Beberapa orang menggigit kuku mereka sebagai
cara untuk melepaskan ketegangan, gugup, atau
kecemasan. Hal ini juga dapat berfungsi untuk mengendalikan keagresifan. Beberapa anak mungkin mulai melakukan karena mereka
mengamati orang lain juga
melakukannya.
Yang lainnya mungkin mulai
menggigit kuku setelah melanggar satu aturan atau karena mereka tidak bisa tahan
melihat tepi kuku bergerigi. Apapun sumber aslinya, kebiasaan itu tetap bertahan lama walaupun penyebabnya telah menghilang.
2. Bagaimana mencegah
Jaga kuku anak anda, potong dan dibersihkan sehingga tidak
ada tepi kuku yang kasar.
Sebagaimana disebutkan di atas, beberapa anak mulai menggigit kuku mereka sehingga menjadi kebiasaan
sebagai pengganti perawatan kuku yang tepat. Dengan kuku yang halus, seorang
anak tidak memiliki
alasan untuk memotong
tepi kuku yang kasar dengan giginya.
3.
Apa yang harus dilakukan
Mengomel, mempermalukan, atau memarahi anak tentang
kebiasaan menggigit kuku
lebih cenderung memperburuk kebiasaan dari pada membantu anak. Sebaliknya,
orangtua harus membicarakan dengan anak tentang kerugian dari kebiasaan tersebut (bekas luka, tidak sedap
dipandang, ketidak
setujuan
sosial, orang mengasosiasikannya dengan masalah emosional) dan dengan demikian
cobalah untuk
meningkatkan motivasi anak untuk mengatasinya. Seorang anak yang termotivasi
untuk berhenti dapat menggabungkan beberapa strategi berikut:
a.
Menyimpan catatan. Kebanyakan
anak di atas usia 8
tahun, dan beberapa
anak kecil, mampu mengamati dan merekam insiden menggigit kuku
mereka. Pada kartu catatan dia bisa membuat penghitungan dengan menandai
setiap kali ia menggigit kukunya atau menempatkan jari di mulutnya, dia juga
harus menuliskan apa yang ia lakukan sebelum ia menggigit kuku. Dengan cara ini
ia dapat belajar untuk mencari situasi yang dia hadapi sebelum menggigit kuku, seperti
menonton tv, dan melakukan upaya untuk menghindari kejadian yang memicu sampai
ia telah memperoleh kontrol atas menggigit kuku.
b.
Penghargaan. Setelah
lembaran catatan mengungkapkan rata-rata jumlah waktu seorang anak menggigit
kuku selama sehari, orang tua dapat mengatur waktu untuk perbaikan (katakanlah lima kali dalam sehari) dan
memberikan hadiah harian kecil untuk memenuhi tujuan ini. Selain itu anak
mungkin mendapatkan
hadiah besar, sekali
seminggu, seperti
perjalanan ke kebun binatang atau menonton film. Selain penghargaan yang nyata, jangan mengabaikan juga kekuatan pujian orang dewasa dan perhatian dalam memperkuat pengurangan menggigit
kuku.
c.
Hukuman. Jika anak hendak menggigit, hukuman dapat
dikombinasikan dengan hadiah untuk tidak menggigit sehingga dapat menghilangkan
kebiasaan itu lebih cepat. Bentuk lain dari
hukuman adalah penghilangan hadiah positif, seperti hilangnya waktu nonton tv atau
hilangnya uang melalui denda.
d.
Latihan kesadaran. Sejak
menggigit kuku sering terjadi, otomatis anak tidak sadar,
anda dapat membantu anak anda menjadi lebih sadar akan bertindak dengan
prosedur berikut. Mintalah anak anda untuk perlahan-lahan menggigit kukunya sampai puncak. Saat bermain
peran, anak diharapkan
untuk
mengatakan dengan lantang: "ini adalah apa yang saya tidak akan
melakukannya." anda mungkin mengatur waktu sehingga anak tahu berapa banyak waktu
untuk praktek.
Prosedur ini memberikan anak lebih banyak kesadaran dan dengan demikian menimbulkan kontrol
sukarela atas kebiasaan menggigit kuku.
e.
Bersaing respon. Mengingat kenyataan bahwa anda tidak bisa menggigit
kuku saat anda melakukan sesuatu yang lain, mengajarkan anak anda
aktivitas bersaing untuk melakukan kegiatan apapun saat keinginan untuk menggigit kuku terjadi.
Respon bersaing yang efektif adalah dengan meletakkan tangan anda ke bawah di
sisi anda dan mengepalkan kepalan tangan anda secara keras sampai anda merasakan ketegangan
di tangan dan lengan anda. Anak harus terlibat dalam respon bersaing selama 2-3
menit setelah godaan untuk menggigit kuku terjadi. Tanggapan bersaing lainnya termasuk
menekan kuku jari anda pada permukaan yang keras, menggosok manik, merajut
sweater, dan mengocok kartu. Anak harus merlibatkan
dirinya dalam respon bersaing dengan segera meminum soda atau
permen yang akan cenderung untuk memperkuat terjadinya kegiatan bersaing.
f.
Ajarkan relaksasi. Dengan asumsi bahwa menggigit kuku adalah hasil dari ketegangan yang berlebihan
atau kecemasan, anda mungkin bisa membantu anak belajar mekanisme cara menghadapi kecemasan secara alternatif
untuk memprovokasi situasi.
D. Mengompol
Mengompol atau enuresis dapat didefinisikan sebagai debit, pengeluaran urin ke tempat tidur pada anak usia 4 tahun atau lebih. Mengompol sering terjadi pada beberapa malam dalam beberapa minggu atau setiap malam. Mengompol terbagi kedalam dua jenis, yaitu: mengompol "berkelanjutan" yang terjadi sejak lahir, dan mengompol "terputus" yang telah mencapai jangka waktu yang signifikan pada malam hari (minimal 3 bulan) dan kemudian kembali mengompol. Sebagian besar anak (80%) menampilkan jenis mengompol terus.
Mengompol atau enuresis dapat didefinisikan sebagai debit, pengeluaran urin ke tempat tidur pada anak usia 4 tahun atau lebih. Mengompol sering terjadi pada beberapa malam dalam beberapa minggu atau setiap malam. Mengompol terbagi kedalam dua jenis, yaitu: mengompol "berkelanjutan" yang terjadi sejak lahir, dan mengompol "terputus" yang telah mencapai jangka waktu yang signifikan pada malam hari (minimal 3 bulan) dan kemudian kembali mengompol. Sebagian besar anak (80%) menampilkan jenis mengompol terus.
Mengompol
merupakan masalah anak
pada umumnya. Data
menunjukkan bahwa satu dari setiap empat anak berusia antara 4 hingga 16 tahun memiliki masalah ini. Sekitar 12% dari anak usia
6-8 tahun mengalami ngompol, 5% pada usia 10-12 tahun, dan 2% pada awal
kedewasaan. Anak laki-laki lebih banyak mengalami
masalah mengompol dibandingkan dengan perempuan.
1.
Alasan mengapa
Untuk tipe mengompol yang terputus yaitu anak yang kembali mengompol setelah cukup lama tidak mengompol, penyebab yang sering muncul diantaranya tekanan dari luar atau krisis
emosional yang membuat anak gelisah, seperti kelahiran saudara baru, penyakit
fisik, atau masalah keluarga. Sedangkan penyebab untuk jenis
mengompol yang berkelanjutan atau anak yang tidak pernah tidak mengompol pada malam hari, yaitu keterlambatan pematangan
fisiologi mekanisme kontrol kandung kemih. Selain itu penyebabnya
adalah hasil dari keterlambatan perkembangan
berinteraksi pada praktek
pelatihan toilet.
2.
Bagaimana
mencegah
Pada pelatihan
toilet anak, untuk menghindari hukuman mengompol, yaitu dengan menghukum, memarahi, atau
mempermalukan anak yang mengompol.
Metode hukuman cenderung membuat anak merasa bersalah, tidak memadai, dan /
atau cemas. Ketika seorang anak terlihat cemas atau takut, sulit baginya untuk
belajar perilaku baru. Seperti pengendalian pada waktu malam. Hal ini juga bijaksana
untuk menunda pelatihan kandung kemih sampai anak merasa tidak nyaman
mengompol, berada di bawah
kontrol, dan mampu menahan kencing selama beberapa jam. Tanda-tanda kesiapan
tersebut biasanya terjadi sekitar 18 sampai 24 bulan.
3.
Apa yang harus
dilakukan
Beberapa orang
tua keliru membuat serangan langsung pada anak yang mengompol dengan mengkritik,
mempermalukan,atau
menghukum anak.
Diantaranya menjadikan hubungan yang dingin dan jauh dengan anak. Orang tua
disarankan untuk menanggapi masalah
mengompol dengan tenang dan
menunjukkan kepercayaan pada kemampuan anak untuk mengontrol perilaku ini. Bila
anak menjadi gelisah, malu, atau berkecil hati tentang mengompol, menjadi lebih
sulit untuk menghilangkan
prilaku ini.
Beberapa
keberhasilan telah dicapai dengan membatasi jumlah cairan yang di minum anak setelah jam 6 sore dan
dengan mengharuskan anak untuk buang air kecil sebelum tidur. Penggunaan obat,
seperti antidepresan trisiklik (imipramine), telah ditemukan mengurangi
mengompol dalam satu dari setiap tiga pengompol, tetapi ketika obat ditarik,
kembalinya mengompol adalah hal
yang umum. Dalam menggunakan prosedur apapun, penting untuk mendapatkan kerja
sama anak dan membuat upaya bersama untuk mengatasi masalah, daripada mencoba
untuk memaksa metode pada anak.
a.
Bagan bintang. Anak diminta
untuk mencatat malam basah dan kering. Malam kering yang disorot pada grafik
dengan bintang-bintang emas, dan hadiah, seperti perpanjangan waktu bersama orang tua.
Sementara mengabaikan malam basah, orangtua memuji anak untuk setiap malam
kering.
b.
Mengurangi stres. Jika anak telah kering di malam hari dan kemudian mulai
membasahi lagi, periksa untuk melihat apakah terjadi stres sesaat sebelum kembalinya mengompol,
seperti kelahiran saudara baru, pindah ke lingkungan baru, pertengkaran
keluarga, atau tidak adanya diperpanjang dari orang tua untuk alasan apapun.
Jika stres eksternal yang
tak terkendali
tampaknya akan memicu ngompol, lakukan apa yang anda bisa untuk mengurangi
kecemasan anak dengan memberikan perhatian ekstra, dukungan, dan pemahaman
untuk anak.
Saat sebelum tidur duduk dengan anak selama 10-15 menit bicara menghibur sehingga anak berangkat tidur dengan santai, perasaan untuk memberi dukungan. Anda bisa juga menghabiskan waktu tambahan pada siang hari dengan berinteraksi dengan anak dalam kegiatan yang menyenangkan.
Saat sebelum tidur duduk dengan anak selama 10-15 menit bicara menghibur sehingga anak berangkat tidur dengan santai, perasaan untuk memberi dukungan. Anda bisa juga menghabiskan waktu tambahan pada siang hari dengan berinteraksi dengan anak dalam kegiatan yang menyenangkan.
c.
Mengenakan
penalti. Beberapa orang tua meminta anak yang mengompol untuk membersihkan seprai setelah mengompol dan melihat pakaian tidur sebelum dicuci. Jangan memarahi
atau menceramahi saat membuat
prosedur ini.
d.
Mempertahankan urin. Penelitian telah menunjukkan bahwa
sejumlah pengompol tidak dapat
mempertahankan jumlah normal urin dalam kandung kemih. Mengajarkan anak
untuk mengontrol kandung kemihnya dengan membuat game dimana anak terus
berusaha untuk memecahkan rekor sendiri. Dia diperintahkan untuk menunda pergi
ke kamar mandi untuk buang air kecil selama mungkin dan diminta untuk buang air
kecil di sebuah gelas ukur. Ketika anak mampu memegang 12-14 ons,
kemungkinan mengatasi
mongompolnya meningkat.
e.
Bangun malam. Langkah
pertama dalam prosedur ini adalah untuk menentukan jam berapa anak biasanya
mengompol setiap malam. Misalnya, jika anda menemukan
bahwa anak biasanya mengompol 2 jam setelah istirahat, mengatur jam
alarm untuk pergi di kamar anak sebelum saat ini. Ketika alarm berbunyi, anak
muncul, buang air kecil di toilet, dan tidur sampai pagi. Setelah 7 malam
berturut-turut kering adalah kriteria untuk pengurangan bertahap lebih lanjut,
untuk 60 menit setelah tidur, sampai 45 menit, dan akhirnya sampai 30 menit.
Anak itu kemudian pergi ke toilet setiap malam tanpa jam alarm.
f.
Metode bel dan pad. Jika seorang
anak SD terus mengompol
meskipun anda sudah
berusaha untuk membantu, anda mungkin harus meminta bantuan
profesional. "bel dan pad" merupakan aparat yang paling sukses untuk perawatan
profesional yang di
laporkan. Dalam waktu 2-3 bulan penggunaan, ia berhasil sekitar
70% dari kasus.
Sekitar 30% dari
keberhasilan ini akan kambuh
kembali, tetapi sebuah aplikasi kedua perangkat biasanya dapat mengatasi
kambuh atau dimulainya kembali mengompol.
E. Mengotori
Mengotori atau encopresis dapat didefinisikan sebagai tinja yang terus-menerus pada pakaian setelah usia 3 tahun. Untuk usia 3 sampai 8 tahun telah ditemukan bahwa 2,3% pada anak laki-laki dan 0,7% pada anak perempuan. Kejadian mengotori menurun secara spontan pada tingkat 28% per tahun, dan hampir menghilang pada usia 16 tahun.
Mengotori atau encopresis dapat didefinisikan sebagai tinja yang terus-menerus pada pakaian setelah usia 3 tahun. Untuk usia 3 sampai 8 tahun telah ditemukan bahwa 2,3% pada anak laki-laki dan 0,7% pada anak perempuan. Kejadian mengotori menurun secara spontan pada tingkat 28% per tahun, dan hampir menghilang pada usia 16 tahun.
Mengotori dapat memiliki dampak besar pada anak. Seorang anak
yang mulai mengotori cenderung memiliki konsep diri yang semakin terganggu. Ia mungkin
bertahan melawan hilangnya harga diri dengan berbicara "saya tidak peduli dengan sikap saya". Hubungan
sosial dari anak encopretic sering terpengaruh dengan drastis. Seorang anak bisa diejek oleh
rekan-rekannya dan dihindari dalam kelas. Dengan
demikian, mengotori bukanlah perilaku yang boleh diabaikan orang tua.
1.
Alasan mengapa
Seperti yang
disebutkan sebelumnya, beberapa anak akan kehilangan kontrol buang air besar saat stres atau
kesal. Sekitar
seperempat anak-anak dengan
encopresis biasanya memiliki
masalah dengan sembelit.
Kasus encopresis ini dimulai pada saat
sekolah TK ketika anak memperlihatkan wajah yang menahan dengan berbagai alasan (misalnya sembelit,
diet yang tidak benar, pelatihan yang salah, krisis keluarga). Pada beberapa kasus,
peristiwa ini dapat
diidentifikasi. Saat
penyimpanan terjadi, usus anak menjadi buncit dan akhirnya berdampak pada anak. Anus menjadi
terbuka, dan rembesan terjadi meskipun tinja sebagian besar bisa ditahankan. Setelah anak buncit kronis dengan tinja, bahkan jika
faktor psikologis yang mungkin
bisa menyebabkan penyimpanan
mereda, kondisi
fisik akan terus berlanjut karena usus besar menjadi tidak berfungsi. Ia telah
kehilangan bentuk dan nada otot dan tidak merespon kotoran dengan dorongan
untuk buang air besar.
2.
Bagaimana
mencegah
Anak yang mengalamai encopretic
kebanyakan mengalami masalah dengan implus agresif mereka. Anak-anak yang terus
menerus marah perlu diajarkan bagaimana mengontrol reaksi mereka terhadap
kejadian sehari-hari sehingga emosi mereka tidak menjadi kronis.
Anak-anak
yang cenderung mengabaikan dorongan untuk buang air besar harus dibantu untuk
menetapkan waktu ke toilet pada siang hari. setelah makan pagi merupakan waktu
yang baik untuk ke toilet, tapi itu berarti harus membangunkan anak lebih awal
dipagi hari sehingga memungkinkan anak cukup waktu untuk bersiap-siap ke sekolah.
Kebiasaan makan yang buruk dapat menyebabkan sembelit pada anak. Waktu makan harus dilakukan secara teratur. Umumnya diet
normal makanan dipilih dari empat kelompok makanan dasar (daging, ikan, dan
telur: roti dan sereal: susu dan produk susu: buah-buahan dan sayuran) dan
asupan kalori sesuai dengan energi yang dikeluarkan anak membantu dalam pencegahan sembelit. Berbagai sayuran segar dan
buah-buahan segar atau kering sangat membantu dalam memasok residu yang diperlukan.
Banyak cairan juga dianjurkan. Hindari toilet training yang ketat dan sikap yang menyatakan bahwa kotoran "menjijikkan".
3.
Apa yang harus
dilakukan
a.
Fisiologis. Empat dari lima
anak encopretic telah ditemukan sembelit, adalah penting bahwa impaksi tinja
dibersihkan sehingga sensasi
"panggilan
ke bangku" normal dikembalikan. Anak harus diberikan enema Fleet satu atau
dua (tersedia di toko obat) untuk benar-benar mengosongkan usus besar. Karena efek
mengikat, susu pada diet anak
terbatas pada 1 liter sehari, dan diet dapat disesuaikan untuk memasukkan
sejumlah besar serat,
jeruk dan buah kering. Roti, kue kering, dan
permen dijaga agar tetap minimum.
b.
Pelatihan toilet. Kebiasaan anak
tentang toilet perlu sering diberi
pelatihan. Para orang tua harus bersikeras pada rutin dua sesi 10 menit di
toilet setiap hari, sesi terjadi pada waktu yang ditetapkan dan dipantau oleh
sebuah timer. Sesi toilet harus dijadwalkan setelah makan, terutama setelah
makan pagi.
c.
Penghargaan dan denda. Sebuah hadiah
yang efektif adalah 30 menit bersama orang tua
dimana anak bebas memilih
aktivitas. Hukuman untuk setiap insiden mengotori dapat dikenakan seperti
mencuci pakaian kotor atau mandi.
d.
Dukungan dan
Dorongan.
Menghibur anak untuk tahu bahwa masalahnya tidak aneh
dan memiliki masalah fisiologi. Orang tua
seharusnya tidak menyalahkan anak atau diri mereka tetapi bekerja sama dengan
anak untuk memperbaikinya.
F. Gangguan Tidur
Nilai tidur yang cukup untuk anak-anak adalah penting, tidak hanya
untuk fungsi yang tepat dari berbagai sistem tubuh, tetapi juga untuk
kesejahteraan psikologis anak.
Gangguan tidur ringan yang sangat umum terjadi pada anak
terutama di usia 2 tahun, dan pada anak usia 3 sampai 5 tahun. Mimpi yang
mengganggu dan gelisah dalam tidur adalah dua gangguan yang paling umum. Untuk
sekitar sepertiga dari anak usia 3 sampai 10 tahun, mimpi yang mengganggu akan
hadir.
Meskipun gangguan tidur yang ringan dan sementara adalah kejadian
biasa di masa kecil, kesulitan tidur yang parah adalah tanda-tanda awal
gangguan emosional pada anak. Misalnya
jika masalah parah dan kronis, seperti banyak terjaga pada waktu malam atau mimpi
buruk hampir setiap malam dalam
jangka yang panjang, maka mungkin ada gangguan emosional yang serius yang
membutuhkan konseling profesional.
1.
Alasan mengapa
Penyebab yang mendasari gangguan tidur terjadi karena banyak hal, termasuk
kecemasan, konflik internal, gangguan fisik, rangsangan berlebihan, stres
situasional, takut gelap, dan takut ketika akan tidur.
Untuk tidur anak yang masih kecil seperti pemisahan dari orang tua gangguan
tidur banyak dihubungkan dengan separation kegelisahan. Anak mungkin
takut sesuatu terjadi saat orang tuanya tertidur. Anak
merasa dalam bahaya khususnya karena kendali
kesadaran hilang selama tidur. Pada
anak-anak lain
usia 4 sampai 6
tahun, sering memiliki ketakutan tertentu dari apa yang mungkin terjadi saat
tidur, seperti orang tua mereka diserang oleh perampok.
Anak yang mengalami gangguan tidur
terbagi dalam enam kategori utama: keengganan untuk tidur; tidur gelisah; mimpi buruk; gangguan
gairah, seperti tidur sambil
berjalan
dan teror malam; insomnia; dan tidur
berlebihan.
2.
Perlawanan ketika ingin tidur
Hampir semua anak kecil melewati masa ketika mereka akan
beristirahat tidur. Jika orangtua menunjukkan perhatian berlebihan, kesusahan,
atau ketidakmampuan untuk menindaklanjuti dengan tegas dalam mengelola situasi,
resistensi tidur anak mungkin lebih buruk. Beberapa anak menolak tidur karena
kegelisahan atau stimulasi berlebihan, sementara yang lainnya merasa kesepian dan
masih mendambakan perasaan meyakinkan mereka dapatkan dari orangtua mereka.
a.
Perlawanan oleh
anak kecil. Anak-anak di
bawah usia 3 tahun sering tidak tertarik untuk pergi ke tempat tidur dan sering
terbangun di malam hari dan meminta
untuk dimanjakan. Strategi yang dikembangkan anak untuk menunda waktu
tidur yang akrab bagi setiap orang tua, dan ritual waktu tidur dengan mengambil jam tidur orangtua.
Anak-anak akan meminta minum air, membacakan satu cerita (dongeng), atau jalan ke kamar
mandi.
1)
Bagaimana
mencegah
(a)
Menetapkan rutinitas biasa: Waktu tidur yang rutin dan konsisten
penting untuk pembentukan pembiasaan
siklus tidur-bangun. Sebuah jadwal yang teratur memungkinkan untuk membuat anak secara
fisiologis siap untuk tidur pada jam yang sama setiap malam. Pastikan untuk menetapkan jam yang biasa untuk
tidur dan bangun tidur. jam ini bisa diubah hanya pada kesempatan khusus.
Satu jam sebelum tidur harus menjadi waktu tenang, santai untuk anak. Jadi itu
bukan waktu untuk menakuti anak atau
untuk menonton program TV yang
menakutkan. Cemilan atau
mandi air hangat dapat membantu menyiapkan anak untuk tidur. Jika ayah anak pulang
agak terlambat dari
kantor, mungkin perlu untuk mendorong kembali waktu tidur anak sampai 7:00,
7:30, atau 8:00. Jadi ada waktu untuk bermain dengan sang ayah setelah makan
malam. Tidur tambahan pada waktu pagi atau tidur
siang yang panjang terutama di sore hari mungkin diperlukan untuk menebus tidur
di malam hari.
(b)
Pemberitahuan lanjutan: anak-anak akan tidur lebih
mudah ketika mereka menerima pemberitahuan lanjutan dari orang tua mereka pada saat mendekati waktu
tidur. Secara tiba-tiba berkata pada
anak, "tidur", adalah untuk mengundang perlawanan. Berikan peringatan
terlebih dahulu 5 atau 10 menit menjelang waktu tidur sehingga anak bisa siap
untuk itu.
(c)
Jadilah
pendukung: mencoba untuk mengasosiasikan tidur dengan beberapa kesenangan, kasih
sayang, dan relaksasi
yang memungkinkan. Misalnya, Anda mungkin membaca atau menceritakan kepada anak sebuah cerita
pengantar tidur, doa malam, menyanyikan lagu selamat malam, atau bicara, berbicara secara dekat dengan anak
setelah dia di tempat tidur. Ritual-ritual waktu tidur harus tenang dan santai.
Ritual untuk anak kecil memiliki
semacam efek ajaib dalam melindungi mereka dari bahaya tidur.
(d)
Bersikaplah
tegas: Menjelaskan kepada anak
ketika Anda memberikan
ucapan selamat malam dengan menciumnya, bahwa ini
adalah akhir interaksi anda dengannya. Meninggalkan
ruangan tanpa ragu-ragu atau ketidakpastian, dan bila perlu anda tidak
datang kembali. Jika anak merengek setelah anda pergi, mengabaikan protesnya, dan mungkin
akan hilang dalam beberapa menit. Kuncinya adalah untuk mengharapkan anak anda tidur pada
waktu yang sama setiap malam dan dengan tegas dan percaya diri menegakkan
waktu tidurnya. Jika anak
menyatakan bahwa dia tidak mengantuk, sampaikan pesan bahwa anda mengharapkan dia untuk beristirahat atau bermain
dengan tenang di tempat tidur sampai tidur. Jangan bersikeras menyuruh anak segera tidur karena biasanya ianya berlangsung
setengah jam untuk tidur.
(e)
Objek Keamanan: selimut atau
boneka binatang kesukaan
yang diemong di dalam buaian dapat memberikan keamanan pada anak dan ia akan membuat
transisi untuk
tidur.
(f)
Kasih sayang: salah satu
cara terbaik untuk mencegah gangguan tidur pada anak yang sangat kecil adalah dengan memastikan
anak tersebut mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari kedua orang tuanya. Jangan
memberikan kritik yang
kaku atau keras yang akan
membuat anak merasa tidak yakin
pada cinta anda.
(g)
Tidak ada hukuman: tidak membawa anak ke tempat tidur
dengan hukuman. Hal ini cenderung mengasosiasikan tidur dengan hukuman dalam
pikiran anak.
2) Apa yang harus dilakukan
(a)
Mimpi buruk
menangis: keengganan untuk pergi ke tidur dan terbangun ditengah malam adalah
kesulitan yang paling sering terjadi pada anak sebelum usia 3 tahun. Jadi cukup
umum bila anak-anak sedikit menangis saat sebelum tidur,
atau terbangun menangis pada malam hari dan ingin dipegang oleh orang tua
mereka. Kasus yang parah terjaga pada malam hari memiliki efek drastis pada
fisik dan psikologis orang tua.
Banyak orangtua, terutama dengan anak pertama, cenderung
lebih menanggapi tangisan malam anak. Apakah anak semakin ingin anda memeluknya
lebih lama dan lebih lama setiap malam? Apakah menangis tiba-tiba berhenti
ketika anda mengambil
anak itu? Jika kedua kondisi ini hadir, anak mungkin manja, dan anda harus
mencoba prosedur berikut yang melibatkan "merencanakan untuk mengabaikan" teriakan itu.
Setelah memeriksa sebentar protes pertama anak untuk memastikan ia tidak sakit,
basah, atau sakit, sepertinya lebih baik untuk
meninggalkan ruangan dan membiarkan anak menangis. Kecuali anak jelas panik dan
perlu ditemani sebentar, Anda hanya perlu kembali ke tempat tidur anak setiap 20 sampai
30 menit untuk menyeka wajah anak. Biasanya, anak dengan kebiasaan bangun dan
menangis di malam hari akan menangis satu atau 2 jam selama
beberapa malam berikutnya dan kemudian rentang semakin pendek sampai dia tidak lagi
bangun di malam hari. Penting bagi Anda untuk mengabaikan tangisan kecuali
untuk menyeka hidung anak pada
saat yang wajar.
(b)
Anak tidak mengantuk: jika semua usaha anda pada
pencegahan dan anda menemukan
anak anda masih
menolak tidur di malam hari, anda harus
mempertimbangkan jika anak sedang dimasukkan ke tempat tidur ketika dia
tidak mengantuk. Jika hal ini menjadi kasus, anda dapat mencoba mengurangi atau menghilangkan tidur
siang atau sedikit
menunda tidur dan melihat apakah ini menyelesaikan masalah.
Seperti orang dewasa, anak-anak sangat bervariasi pada kebutuhan tidurnya.
(c)
Takut gelap: beberapa anak
enggan pergi tidur karena takut gelap. Jika sepertinya ini akan mengganggu anak anda, Anda dapat
mencoba satu atau lebih dari langkah-langkah berikut:
1. Memahami: tidak sabaran
atau mengejek ketakutan ini dengan sebutan konyol. Hal ini sangat nyata bagi
anak. Ajak anak membicarakannya dengan anda dan menunjukkan bahwa anda tidak hanya ingin memahami tetapi anda meyakini tidak akan
terjadi apa-apa kepadanya pada saat gelap. Berikan
anak kasih sayang dan meyakinkannya bahwa anda berada di dekatnya dan tidak akan membiarkan sesuatu
yang buruk terjadi. Tentu saja, Anda tidak boleh menghukum anak dengan
mengancam bahwa “hantu” akan mengambilnya jika dia nakal.
2. Memberikan cahaya: meninggalkan
cahaya redup di dalam ruangan dan membuka
pintu anak sehingga dia tidak akan berada dalam gelap gulita. Atau Anda mungkin
mengizinkan anak untuk menyimpan senter dibawah bantalnya
sehingga ia dapat menyalakannya ketika dia membutuhkannya.
3. Menata ulang ruang: jika bayangan
gelap di ruangan itu tampaknya akan mengganggu anak, anda bisa menempatkan
tirai yang berat diatas jendela
atau mengatur ulang posisi tempat tidur sehingga anak kurang memperhatikannya.
4. Bercerita: buku Margaret Wise Brown, siang dan malam, menggambarkan kucing
putih yang menyukai siang dan seekor
kucing hitam yang suka malam, telah membantu beberapa anak TK bisa mengatasi
rasa takut terhadap gelap.
5. Perusahaan: kadang-kadang
untuk memecahkan
masalah dengan memiliki teman didalam ruangan sampai
ketakutan reda. Jika Anda memiliki hewan peliharaan, pertimbangkan membiarkan
hewan tidur di ruang yang sama dengan anak, Anda mungkin mengatakan kepada
hewan, di depan anak, untuk melindungi anak dari segala ketakutan khayalan yang dimiliki anak.
(d)
Meloncat dari tempat tidur: trik favorit
anak kecil adalah
kebiasaan muncul dari tempat tidur secara tiba-tiba setelah ditidurkan. Dalam kebanyakan
kasus orang tua harus bersikap tegas tentang hal ini dan segera mengembalikan
anak tersebut ke tempat tidur. Mungkin perlu untuk menurunkan kasur di tempat
tidur anak untuk mencegah memanjat keluar.
Beberapa anak menolak untuk tinggal di tempat tidur
karena mereka takut berpisah dari orang tua atau khawatir kalau salah satu atau kedua orang tuanya akan pergi pada malam
hari. Anak-anak perlu diyakinkan bahwa orang tua akan pulang pada malam hari.
Jika ketakutan mereka adalah realistis, orang tua mungkin harus tetap berada di rumah pada malam hari untuk sementara waktu.
b.
Perlawanan oleh
anak-anak yang sudah besar: Balita yang sering menolak
tidur dikarenakan takut berpisah
dari orang tuanya, anak TK yang sudah mulai besar melaporkan
bahwa mereka takut pergi tidur terutama karena suara-suara dan bayangan di
ruangan itu dan takut sendirian. Selain itu, anak SD menyatakan
bahwa alasan yang paling umum mereka sulit tidur adalah: tidak lelah, suara,
kekhawatiran, dan rasa sakit pada
fisiknya. Setelah
tertidur, anak-anak mengatakan bahwa mimpi buruk dan rasa sakit tersebutlah yang membangunkan
mereka.
1)
Apa yang harus
dilakukan
(a)
Tidur kemudian: Jika Anda
memberikan waktu tidur kemudian, membuat kesepakatan bahwa tidak akan ada
mengulur-ulur atau mengeluh jika ini diberikan. Pastikan jam pensiun adalah
bagian dari rutinitas tidur yang konsisten yang mencakup jam biasa untuk
bangun. Jika waktu tidur anak ditunda setengah jam maka akan sulit untuk
membangunkannya dan membutuhkan
waktu tidur yang lebih banyak.
(b)
Takut gelap: sebagai
anak-anak yang terus
tumbuh, ketakutan mereka terhadap gelap dapat
meningkat ketika mereka mengembangkan imajinasi yang lebih besar dan kesadaran
dari potensi bahaya. Pastikan untuk meyakinkan anak bahwa ketakutan tersebut
normal dan ia akan segera mengatasinya. Membiarkan pintu terbuka dengan cahaya
di dalam lorong dapat membantu menghilangkan rasa takut pada kegelapan.
Beberapa anak lebih memilih untuk meletakkan senter di bawah bantal mereka.
(c)
Memberikan penghargaan: mendirikan
bagan bintang dan menghargai anak untuk setiap malam dia pergi tidur dengan
mudah dan tetap tertidur tanpa rewel atau perselisihan.
(d)
Waktu yang sunyi: waktu yang pendek tanpa aktivitas fisik atau kegembiraan sebelum tidur dapat membantu anak yang aktif
memperlambat tidurnya. Selama ini,
kegiatan cukup dijadwalkan,
seperti membaca buku, mendengarkan cerita, atau menonton acara TV untuk bersantai.
(e)
Banyak tidur: orang tua
telah mencoba beberapa strategi yang agak drastis yang melibatkan menjaga sampai anak tidur dan kemudian membangunkannya pada waktu seperti biasa.
Prosedur ini diulang sampai anak belajar bahwa hal itu menyenangkan (dan sangat
melelahkan) untuk tinggal sampai larut malam.
(f)
Berkeliaran malam: pada sekitar usia 3 tahun beberapa anak akan tidur dengan
mudah tapi bangun di tengah malam dan melakukan kegiatan seperti mengembara di sekitar
rumah, mengambil makanan dari
kulkas, atau bahkan pergi ke luar untuk bermain. Anak-anak terjaga dan menyadari
apa yang mereka lakukan.
Untuk mencegah kebiasaan ini terjadi, cara terbaik adalah dengan menidurkan anak didalam boks bayi sampai ia berumur sekitar 2,5 tahun.
Pastikan anak tumbuh dengan keyakinan bahwa ia tidak diijinkan untuk
meninggalkan tempat tidurnya tanpa izin sampai pagi.
Beberapa orang tua telah menghentikan berkeliaran malam menggunakan metode yang
agak drastis dengan mengikatkan tali pada tempat tidur anak atau memperluas tempat tidur
sehingga anak tidak bisa memanjat keluar. Anak mungkin menangis ketika hal ini dilakukan,
tapi tangisan tersebut biasanya akan
menghilang pada malam ketiga.
(g)
Tidur di tempat tidur orang
tua: jangan biarkan anak Anda mengembangkan kebiasaan masuk
dan tidur di tempat tidur Anda pada malam hari.
Orangtua berhak
menjaga privasi, dan anak-anak perlu belajar untuk tidak
tergantung pada orang tua mereka di malam hari. Tegaslah mengenai hal ini dari awal, dan
mengantar si anak kembali ke kamarnya dan berbicara atau dengan menghibur anak
di sana.
3.
Kegelisahan
Gelisah atau kegelisahan pada fisik atau mental dimalam hari biasa terjadi pada anak-anak. Seperti bolak-balik, menaikkan kaki atau melambaikan tangan tanpa tujuan, menendang dari balik selimut, menggertakkan gigi, membenturkan kepala, dan bangun ketika mendengar suara. Kegelisahan dipamerkan dari waktu ke waktu oleh semua anak, tetapi dalam banyak kasus hal tersebut sangat jelas bahwa orang tua menganggapnya masalah. Macfarlane dan rekan-rekannya menemukan bahwa kegelisahan malam pada anak usia 21 bulan dianggap sebagai masalah bagi 38% anak laki-laki dan 27% anak perempuan
Gelisah atau kegelisahan pada fisik atau mental dimalam hari biasa terjadi pada anak-anak. Seperti bolak-balik, menaikkan kaki atau melambaikan tangan tanpa tujuan, menendang dari balik selimut, menggertakkan gigi, membenturkan kepala, dan bangun ketika mendengar suara. Kegelisahan dipamerkan dari waktu ke waktu oleh semua anak, tetapi dalam banyak kasus hal tersebut sangat jelas bahwa orang tua menganggapnya masalah. Macfarlane dan rekan-rekannya menemukan bahwa kegelisahan malam pada anak usia 21 bulan dianggap sebagai masalah bagi 38% anak laki-laki dan 27% anak perempuan
` Gerakan gelisah
tampaknya melepaskan ketegangan
bagi anak. Sebagian besar anak-anak yang gelisah pada malam hari juga menunjukkan
kegelisahan pada siang hari, karena aktivitas yang
berlebihan dan rangsangan. Kegelisahan
pada malam hari sepertinya
menjadi
perpanjangan dari kegelisahan
pada siang hari.
Menggertakkan
gigi atau bruxism adalah gangguan tidur lain yang umum terjadi pada anak. Keparahan meggertak dapat mengikis
enamel gigi, dan menyebabkan anak bangun pagi dengan rahang yang lelah. Salah
satu strategi untuk mengatasi bruxism adalah mengajarkan anak bagaimana untuk rileks dan meredakan ketegangan
sebelum tidur.
Membenturkan dan memutarkan kepala, serta menggoyangkan tempat tidur
adalah kebiasaan motorik anak-anak yang juga dapat melepaskan ketegangan. Sekitar 15 sampai 20% anak akan
menunjukkan kebiasaan ini, yang sering terjadil sekitar usia 2 dan 3 bulan dan biasanya menghilang
antara usia 2 ½ dan 3 tahun. Beberapa orang tua telah melaporkan keberhasilan
dengan memberikan pengganti dengan
hal yang menyenangkan untuk mengalihkan perhatian anak dari
membenturkan kepala. Kegiatan pengganti tersebut seperti musik, kuda kegemaran, ayunan, dan
metronom diatur untuk melakukan sinkronisasi dengan irama gerakan anak.
4.
Mimpi buruk
Mimpi buruk
adalah ketakutan pada
malam nari atau reaksi ketakutan yang terjadi selama tidur. Hal ini
umumnya dipicu oleh mimpi yang
menakutkan.
Mimpi buruk yang klasik lebih
parah dan agak
mengganggu. Ini melibatkan jeritan keras yang tiba-tiba pada saat tidur yang
disertai dengan tanda-tanda kecemasan yang hebat: berkeringat, pupil melebar, ekspresi
wajah tetap, dan kesulitan bernafas. Anak merasa seperti ia dicekik, seolah
beban berat berada di dadanya, merasa sulit untuk bernapas, dan menjadi panik. Biasanya anak akan cepat bangun setelah
mimpi buruk dan dapat tenang dengan mudah. 1 dari 5 anak bisa
menjelaskan secara rinci isi mimpi menakutkan tersebut. Kadang-kadang anak takut untuk menceritakan mimpi buruk
mereka karena takut hal itu mungkin menjadi kenyataan.
Penyebab mimpi buruk dapat bervariasi, seperti kecemasan, konflik atau
takut dihukum karena perasaan marah terhadap orang tua. Penyebab fisik, seperti
demam atau gangguan pencernaan lambung, juga bisa memicu mimpi yang mengganggu.
Mimpi buruk yang sesekali tidak menjadi tanda bahaya. Namun jika mimpi buruk tersebut sering atau
berulang, sangat parah, atau
cukup mengganggu bagi
anak, maka hal tersebut mungkin menyebabkan gangguan
emosional yang serius pada anak sehingga membutuhkan penanganan orangtua, dan
mungkin para ahli.
a.
Bagaimana
mencegah. Mimpi buruk mungkin kurang terjadi jika anak menghindari
kegiatan yang terlalu menegangkan dan terlalu menyenangkan di siang hari,
jika orang tua tidak memarahi atau menghukum anak sebelum tidur, dan jika
periode sebelum tidur adalah waktu yang tenang dan menyenangkan dengan
interaksi yang hangat antara orang tua dan anak. Orang tua juga disarankan
untuk tidak menggunakan ancaman berat untuk mendapatkan kepatuhan. Misalnya,
tidak pernah mengancam untuk meninggalkan anak jika dia bertingkah, atau
mengatakan bahwa hantu akan mengambilnya
jika ia jahat. Membantu anak merasa aman dan
dicintai pada siang hari karena ini membentuk dasar untuk beristirahat dengan
nyaman di malam hari. Pastikan anak tersebut dirawat beberapa waktu oleh pengasuh
selain orang tua sehingga anak tidak menjadi terlalu bergantung pada anda sehingga mimpinya diganggu oleh ketakutan untuk
keamanan anda.
b.
Apa yang harus dilakukan
1)
Dukungan orang tua. Kebutuhan
yang paling mendesak untuk anak yang memiliki mimpi buruk adalah dukungan
orangtua. Sambil tetap tenang dan percaya diri, cepat kearah anak dan
memegang lalu memeluk dia.
Menyalakan lampu untuk menunjukkan kepada anak mengenal ruangan dan membantunya terjaga terus.
Bicaralah yang menenangkan dan
meyakinkan. Jelaskan bahwa dia bermimpi buruk, bahwa mimpi tidak nyata, dan
bahwa hal tersebut adalah bagian dari tidur. Biarkan
anak tahu bahwa setiap orang memiliki mimpi menakutkan namun mimpi tersebut tidak dapat
menyakiti kita jika kita tahu ia hanya membuat
percaya. (Anda mungkin harus mengulangi diskusi ini pada hari berikutnya ketika
anak sepenuhnya terjaga). Yakinkan anak bahwa Anda berada di dekatnya dan tidak
akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi padanya. Anak kecil mungkin perlu hiburan yang cukup sampai ia dapat tibur kembali.
2)
Menyelidiki
kemungkinan penyebab. Berusaha untuk mengungkap penyebab
ketakutan malam berulang. Isi dari mimpi
buruk tersebut dapat
memberikan petunjuk penyebab mimpi terjadi. Anda mungkin ingin membantu anak
menghubungkan mimpi menakutkan tersebut
dengan
peristiwa nyata yang mungkin
telah merangsang mimpi. Berbicara secara baik-baik dengan memperhatikan ekspresi anda yang
kemungkinan dapat membantu
meringankan rasa takut. Anda juga dapat mendorong anak untuk
"bertindak" mengeluarkan
ketakutan: misalnya anda dan anak
bermain "dokter" dimana anak memainkan peran dokter yang memberikan
tembakan terhadap
hal yang ditakuti. Dengan cara ini anak merasa dapat mengontrol sesuatu dan mengurangi menakutkan.
3)
Menghadapi
mimpi yang menakutkan. Kebijaksanaan ini sering membantu anak
menghadapi dan mengatasi objek yang
menakutkan
dalam mimpinya. Hal ini mengurangi rasa takut dengan memberikan rasa penguasaan
dan kontrol diri. Misalnya, Anda mungkin memiliki anak yang menggambar
laba-laba hitam yang menyerangnya di mimpi buruk itu. Ketika anak selesai
menggambar, doronglah anak untuk
menyerang gambar, meneriakinya, menumbuk dengan
tinjunya, dan akhirnya merobek dan
menghancurkan laba-laba. Anda juga mungkin memainkan peran laba-laba dan membiarkan anak melompat
dan memukul anda sampai anda melarikan
diri.
5.
Gangguan
gairah
Seperti
disebutkan sebelumnya, studi tentang tidur sambil berjalan, tidur berbicara,
teror malam, dan mengompol mengungkapkan bahwa gangguan tidur terjadi secara tiba-tiba,
gairah yang hebat dari tahap
tidur nyenyak dan tidak berhubungan dengan aktivitas mimpi normal. Berbagai
gangguan gairah sering muncul pada orang yang sama pada waktu yang berbeda, dan
seringnya ada riwayat
keluarga pada gangguan
tersebut. Pada gangguan ini anak tidak
memiliki memori keesokan paginya. Seorang peneliti mengamati bahwa jenis
gangguan gairah anak diperlihatkan dengan kecenderungan anak untuk berkhayal.
a. Tidur sambil berjalan. Sleepwalking
atau berjalan sambil tidur biasanya terjadi saat 1 sampai 3 jam setelah anak tertidur.
Meskipun anak berjalan goyah dan bisa tersandung, ia mampu
menghindari objek dan biasanya tidak melukai dirinya sendiri. Anak mungkin
berjalan di sekitar kamarnya, bagian lain dari rumah, atau di luar ruangan.
Keesokan paginya anak mengingat sedikit atau sama sekali tidak ingat dari tindakan yang dilakukannya.
Apa yang harus dilakukan. Anak yang
ditemukan tidur sambil berjalan harus dipimpin kembali tidurnya. Dengan
mengikat lonceng pada pintu kamar
tidur anak, Anda akan diberi tanda saat terjadinya tidur sambil
berjalan. Dengan menasehati
anak, Anda mungkin dapat
memberikan saran secara langsung bahwa
ia akan terbangun saat dia merasa
kakinya menyentuh lantai pada malam hari.
b.
Tidur berbicara. Somniloquy atau berbicara
dalam tidur sering dialami oleh
kebanyakan anak dari
satu waktu ke waktu. Hal
ini mungkin terbatas pada beberapa kata yaitu sedikit bergumam atau mungkin ungkapan yang jelas dan dapat dikenali yang mencerminkan
pikiran dan kegiatan dari hari sebelumnya.
Dengan mendengarkan pembicaraan pada waktu tidur, Anda mungkin
dapat mencari tahu apa yang mengganggu anak sehingga Anda bisa membicarakan tentang topik
tersebut keesokan harinya. Cobalah buat waktu sebelum
tidur setenang dan sesantai mungkin dan lihat apakah hal ini mengurangi
berbicara atau menangis dalam tidur.
c.
Teror malam. Pavor Nocturnus atau
teror malam mengacu pada reaksi panik yang parah disertai dengan aktivitas
motorik dan tidur sambil
berbicara sehingga membangkitkan anak dari tidur
nyenyaknya. Biasanya anak
tiba-tiba duduk tegak di ranjang dan menjerit. Dia seperti berhalusinasi atau menatap dengan mata
terbelalak pada sebuah objek hayalan, bernafas
berat, berkeringat, dan susah
menjelaskannya. Di pagi hari ia tidak ingat peristiwa malam hari.
Anak dengan teror malam cenderung tegang, anak-anak yang aktif secara
fisik yang tidur dengan
kelelahan dan
tegang. Teror biasanya terjadi selama beberapa jam pertama setelah tidur.
1)
Bagaimana
mencegah. Satu jam sebelum tidur harus tenang, menghindari TV, dan cerita yang menakutkan. Mandi air hangat sebelum tidur juga dapat membantu.
Pastikan tidak ada suara keras yang
tiba-tiba
mengganggu tidur anak karena ini dapat memicu serangan.
2)
Apa yang harus
dilakukan
(a)
Dukungan orang
tua: terus menghibur
anak, membantu
mengarahkan dirinya pada
kenyataan, dan memberikan kepastian. Katakan siapa Anda, di mana
anak itu, dan segala sesuatu yang baik saja. Tinggallah bersama anak sampai peristiwa
tersebut selesai. Tidur nyenyak biasanya terjadi setelahnya.
(b)
Pengobatan: dengan
obat-obatan dan imipramine diazipam
telah berhasil digunakan untuk menghentikan terjadinya serangan teror malam.
(c)
Adenoids: salah satu studi menemukan
bahwa adenoidectomy pada anak tampaknya untuk membebaskan saluran udara dan
mendorong oksigenasi otak. Dari 23 anak yang dioperasi, 22 pulih dari teror malam.
(d)
Melepaskan mainan: anak-anak
sering mengalami kelegaan dari rasa takut ketika mereka diberi kesempatan untuk
mengekspresikan kecemasan tersebut dalam media bermain. Bantu ketakutan
malam anak dengan
mendorong anak untuk menghadapi objek yang ditakutinya dalam bermain drama atau boneka dan untuk mengatasi
makhluk menakutkan atau hal-hal dengan mempermainkan mereka, dengan menggunakan
teman sihir untuk membantu, atau meminta keluarga atau teman untuk membantu setelah
berjuang sendiri dengan berani
sampai bantuan tiba.
6.
Peningkatan
tidur
Tidur berlebihan mengacu pada tidur yang lebih dibandingkan individu biasanya tidur. Alasan untuk tidur meningkat banyak,
dan ketergantungan obat penyebab dasar
dari gangguan ini.
a.
Alasan mengapa
1) Psikologis. Secara
psikologis, tidur kadang-kadang bisa menurunkan tekanan hidup. Jadi jika anda mendapati tidur yang terlalu lama pada anak anda, cobalah
untuk berbicara dengan anak dan mendorong dia untuk mengungkapkan masalah yang
mendasari atau trauma psikis.
Kantuk yang berlebihan atau hipersomnia juga bisa
merupakan hasil dari kebosanan. Karena kesepian, anak-anak lebih tertarik untuk menikmati tidur siang sebagai sarana
untuk menghabiskan waktu. Solusi kebosanan adalah untuk melibatkan anak dalam
kegiatan siang hari seperti pramuka, olahraga, dan hobi.
2) Fisik
(a)
Kelelahan fisik. Anak anda mungkin
akan banyak tidur karena
adanya kelelahan, menurunnya keadaan fisik.
Ini mungkin hasil dari terlalu banyak aktivitas di siang hari dan / atau
terlalu sedikit tidur di malam hari.
(b)
Narkolepsi: narkolepsi
adalah gangguan fisik ditandai dengan berulangnya peristiwa
kantuk diikuti dengan tidur beberapa kali dalam sehari. Banyak orang
menderita dan tidak
benar-benar tertidur tetapi sepanjang hari mengantuk. Sebagian penyebab gangguan ini adalah genetik, karena sebagai besar kejadian tertinggi
adalah kekeluargaan. Karena tanda-tanda awal narkolepsi sering hadir di masa
kecil dan masa remaja, penting untuk mengatur pemeriksaan medis untuk anak yang
menunjukkan peristiwa
yang berulang dari rasa kantuk di siang hari atau kelelahan seperti tertidur di
dalam kelas, saat naik mobil, atau saat menonton TV.
3) Gangguan fisik lainnya: tidur
berlebihan dikaitkan dengan hipotiroidisme, ensefalitis virus, hipoglikemia,
tidur apnea hipersomnia, dan penyakit lainnya.
sangat baik untuk pengetahuan sebagai pembaca
BalasHapus