BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Dewasa
ini, pengetahuan tentang kesehatan sudah
sangat berkembang pesat seiring berjalannya waktu. Kesehatan dalam konsep umum
diartikan sebagai sehat. Pengertian sehat juga berkembang seiring berjalannya
waktu.
WHO mengartikan sehat lebih luas, lengkap dengan
sehat, jasmani, rohani, serta social dan bukan hanya tidak adanya penyakit dan
kelemahan yang memperkenalkan konsep subjektif dan objektif dari respon fisik
dan perilaku.
Pandangan-pandangan tentang kesehatan biasanya berisi
salah satu atau lebih dari perspektif berikut, biologis dan klinis, psikologis,
sosiologis, dan adaptif. Sehat adalah dinamis, statusnya berubah-ubah terus,
mempengaruhi orang-orang dalam tingkat fungsi yang bersifat fisiologis, psikologis.
UU tahun 1980 tentang pokok-pokok kesehatan
pelaksanaanya antara lainkegiatan kebersihan lingkungan. Bentuk kegiatan
pembersihan selokan halaman rumah. Pelayanan kesehatan terutama kelompok
tertentu seperti ibu hamil anak-anak (balita dan balita)
Anak usia dini
(0 – 6 tahun) merupakan anak-anak yang sangat unik dan memiliki karakteristik
yang beragam sehingga diperlukan berbagai jenis pengetahuan dan keterampilan
untuk memahaminya. Karakteristik anak yang beragam ini terkadang membuat orang tua kesulitan
dalam menerapkan pola pengasuhan dan pengawasan pada anak, terutama pada
keluarga yang memiliki anak lebih dari satu
Gangguan kesehatan pada anak usia dini salah satunya
yaitu keracunan. Anak usia dini belum
dapat membedakan mana yang baik dimakan dan tidak. Bahkan di usia dini, apa
saja yang bisa dipegang dan dimasukkan ke mulut, akan dilakukannya. Sekalipun
beracun, anak tidak mempedulikannya.
Maka,
perlu adanya pengetahuan khusus untuk masalah tersebut agar tidak timbulnya
keraguan dan dapat membantu
dalam hal penanganan yang tepat.
B.
Tujuan Penulisan
Agar kita sebagai pendidik mengetahui permasalahan
yang biasa dihadapi saat anak mengalami keracunan akibat mengonsumsi makanan,
obat-obatan yang banyak mengandung zat beracun ataupun tanaman yang mengandung
racun..
C.
Manfaat
Penulisan
Agar pencegahan yang dilakukan tepat dan sesuai dengan
antisipasi atau pertolongan pertama terhadap anak yang mengalami keracunan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Pengertian
Keracunan
Racun adalah bahan yang jika tertelan, terhirup,
teresap kedalam kulit (misalnya, dari tanaman) atau tersuntikkan (misalnya dari
serangan serangga) bias menyebabkan penyakit, kerusakan dan kadang-kadang
kematian.
Keracunan adalah salah satu kasus darurat yang paling
sering terjadi pada anak-anak dibawah usia 5 tahun. Bagian terbesar dari kasus
ini adalah menelan racun.
Keracunan
merupakan masuknya zat yang mengandung racun kedalam tubuh baik melalaui
saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan timbul gejala klinis. Anak dapat mengalami keracunan oleh beberapa
hal, seperti produk-produk pembersih, vitamin, obat-obatan, alcohol, cat dan
tanaman. Keracunan merupakan masalah serius karena dapat menyebabkan anak meninggal
dunia.
B. Gejala- gejala Keracunan
·
Anak
Anda merasa ingin muntah, dimana anak muntah tanpa sebab yang jelas.
·
Ada
luka bakar di bibir atau mulut anak Anda.
·
Anak
Anda susah untuk dibangunkan
·
Anak
mengalami kesulitan pernafasan.
·
Anak
mengalami sakit perut.
·
Anak
menalami serangan sakit yang mendadak.
C. Faktor-faktor Anak Keracunan
a. Anak
usia 0 - 1,5 tahun masih dalam fase oral. Ia jadi cenderung ingin memasukkan
apa saja yang dipegangnya ke dalam mulut.
b. Anak
belum mengetahui apa yang berbahaya bagi dirinya. Dia melakukan segala sesuatu
berdasarkan nalurinya saja.
c. Di
masa golden age anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Itu
membuatnya tak bisa diam dan ingin meraih apa saja yang dilihatnya.
d. Sifat
negativistik juga menonjol di usia ini. Ia cenderung tampil sebagai
pembangkang, selalu menentang perintah, dan melanggar larangan. Walaupun
berbahaya, peringatan orang tua diacuhkan.
D. Pencegahan Penanganan Racun
Anak kecil selalu ingin tahu. Indra perasa adalah indra
pertama yang anak-anak gunakan ketika menjelajah sesuatu yang baru. Kecelakan
keracunan sering terjadi ketika orang dewasa lelah atau lalai, ketika anak
ditinggal seorang diri. Sebagian besar kecelakaan keracunan pada anak-anak bisa
dicegah melalui penggunaan yang aman dan penyimpanan yang benar dari produk
rumah tangga dan obat-obatan.
Anjuran keamanan untuk pencegahan penelanan racun
termasuk :
1. Simpan bahan beracun dengan benar, termasuk produk
rumah tangga dan setiap bahan kimia, ditempat yang tidak terjangkau oleh anak.
2. Lakukan pemeriksaan dari posis setinggi mata anak
disetiap ruangan rumah atau pusat pengasuhan anak.
3. Hindari gangguan ketika menggunakan bahan beracun
4. Jangan menyimpan produk rumah tangga bersama makanan
5. Belilah produk yang tutup wadahnya aman untuk anak.
6. Berhati-hatilah dalam menyimpan kosmetik dan produk
perawatan rambut serta tubuh yang kemasannya tidak aman bagi anak.
7. Simpan produk dalam kemasan dan label aslinya. Jangan
menggunakan kemasan kosong untuk menyimpan bahan kimia.
8. Untuk menghindari kecelakaan keracunan obat, di ikuti
petunjuk berikut :
a. Simpan obat dalam lemari obat yang terkunci
b. Ingatlah bahwa obat bebas sama bahayanya dengan obat
resep dokter
c. Hanya memberikan obat resep dokter kepada anak yang menerima
resep tersebut
d. Setiap kali memberikan obat kepada anak, periksa
dosisnya pada label kemasan
e. Dipusat pengasuhan anak, hanya satu orang yang
ditugaskan untuk memberikan obat kepada anak
f. Jangan pernah menyebut obat sebagai permen.
g. Buang obat lama kedalam lubang WC dan siram sampai
hilang dan cuci wadahnya sebelum dibuang.
9. Periksa keberadaan racun ketika membawa anak keluar
rumah, keluar rumah atau kegedung lain.
10. Simpan dompet ditempat yang tidak terjangkau anak.
11. Tanaman bisa mengandung tanaman beracun. Aturan
berikut ini berlaku untuk tanaman :
a. Kenali semua tanaman didalam, diluar rumah dan
ditempat penitipan anak. Pindahkan tanaman beracun ketempat yang tidak
terjangkau
b. Hindari hiasan dengan tanaman yang beracun
c. Ajari anak untuk tidak memasukkan segala tanaman
termasuk bunga dan buah berry kedalam mulut.
12. Pastikan semua perlengkapan seni dipusat pengasuhan
anak berlebel aman untuk anak.
13. Pastikan rumah atau pusat pengasuhan anak tidak
mengandung cat yang mengandung timah hitam.
E. Bersiaga
Memelihara kebiasaan
pencegahan keracunan termasuk bersiaga terhadap keracunan. Untuk itu lakukan
tindakan berikut ini :
a. Tempel nomor telepon pusat pengendali keracunan dan
bantuan medis darurat didekat setiap telepon.
b. Siapkan sirup ipecac pada perlengkapan pertolongan
pertama. Ipecac adalah ekstrak tanaman yang jika ditelan merupakan cara
tercepat dan terefektif untuk menyebabkan muntah
c. Siapkan tablet arang aktif pada perlengkapan
pertolongan pertama. Tablet arang aktif ini adalah bubu halus yang terbuat dari
kayu yang telah dikenai suhu tinggi. Cara kerja arang aktif ini adalah mengikat
racun yang ada dilambung dan usus halus sehingga mencegah racun terserap oleh
tubuh.
d. Jika memiliki pertanyaan tentang obat, bahan kimia,
atau tanaman, hubungi pusat pengendali keracunan setempat.
ü Yang harus diperhatikan
Tanda-tanda yang ditunjukkan oleh anak akan bergantung
pada bahan kimia yang tertelan dan jumlah waktu yang telah berlalu, jadi perlu
tindakan yang segera. Maka carilah sumber-sumber yaitu :
a. Wadah obat atau bahan kimia yang terbuka
b. Bau yang tidak biasa
dari mulut atau pakaian
c. Luka bakar disekitar mulut menunjukkan kontak dengan
bahan korosif
d. Mual dan muntah
e. Nyeri perut atau diare
f. Mengantuk dan tidak sadar.
ü Yang harus dilakukan
a. Singkirkan sisa-sisa racun dari mulut anak
b. Kumpulkan informasi. Tetap tenang. Coba tunjukkan hal
berikut :
·
Usia dan
perkiraan berat tubuh anak
·
Apa yang
tertelan
·
Jumlah yang
tertelan
·
Kapan tertelan
·
Kondisi anak
c. Jika anak responsif hubungi pusat pengendali keracunan
d. Posisikan anak berbaring miring
e. Jika anak tidak responsif, panggil bantuan darurat
f. Pantau ABC (jalan napas, pernapasan, peredaran darah)
dan perawatan yang sesuai
g. Hubungi orang tua anak
F.
Tanaman Beracun
Kebanyakan anak kecil tidak
banayk tahu tentang tanaman beracun dan tidak bisa diandalkan untuk
mengenalinya. Kebanyakan anak menggunakan indera raba dan rasa ketika
menjelajah sesuatu yang baru sehingga tidaklah heran jika mereka menyentuh dan
memasukkannya kedalam mulut. Keracunan bisa terjadi dari menelan tanaman, penyerapan
racun melalui kulit atau menghirup asap dari api yang membakar tanaman beracun.
a. Menelan tanaman
Jika anak menelan tanaman bawalah anak dan sisa
makanan ketika anda menelepon pusat pengendali keracunan.
b. Tanaman Ivy, Oak, Sumac yang beracun
Sejumlah kecil tanaman dapat menimbulkan reaksi alergi
ketika berkontak dengan kulit. Yang paling dikenal adalah tanaman ivy, oak dan
sumac. Kontak dengan minyak dari tanaman ini dapat menimbulkan reaksi alergi
tunda dalam bentuk ruam dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda.
·
Yang harus
dilakukan
Ruam akibat ivy, oak, atau sumac beracun bisa
bervariasi dari kasus ringan berupa kulit gatal dan merah sampai kekasus yang
parah berupa kulit mengelupas dan membengkak.
·
Yang harus
dilakukan
ü Jika anak berkontak dengan salah satu tanaman ini
segera cuc area dengan kontak dengan sabun dan bilas dengan air untuk
menyingkirkan minyak tanaman
ü Jika anak mengalami reaksi menengah sampai parah,
mungkin anak perlu istirahat beberapa hari
ü Jika anak sudah merasa baikan maka anak boleh kembali
ketempat penitipan anak dengan ruam yang ditutup dengan anti-lengket untuk
mencegah infeksi
G. Kasus Keracunan, Gejala dan Pertolongan Pertama
1. Keracunan Hidrokarbon
Kelompok
hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan berupa iritasi pada paru-paru
adalah minyak tanah, bensin, minyak cat, thinner maupun
"minyak" isi untuk korek api. Gejala klinis berupa Batuk, napas
pendek dan sesak karena terjadi pengerutan di saluran napas, kulit membiru,
bahkan batuk darah. Bisa juga terjadi depresi susunan saraf pusat yang
mengakibatkan terjadi penurunan kesadaran. Kondisi ini kadang disertai gejala
lain semisal kejang, mual-muntah, nyeri perut dan diare. Pertolongan pertama
yang dapat dilakukan yaitu rangsang supaya muntah agar zat berbahaya yang
ditelan anak dapat segera dikeluarkan. Rangsangan muntah harus segera dilakukan
sambil memberi perlindungan pada jalan napas. Selanjutnya, berikan obat
antiracun atau norit yang biasanya dapat dibeli bebas di apotek. Akan tetapi
pemberian norit kadang tak cukup efektif mengingat daya sensitivitas norit itu
sendiri kerap berbeda pada setiap penggunaan.
2.
Keracunan Insektisida
Keracunan
organofosfat, salah satu unsur insektisida (racun serangga), lebih sering
dijumpai karena memang banyak dipakai. Organofosfat sering dicampur dengan
bahan pelarut minyak tanah. Dengan demikian, pada keracunan ini harus
diperhatikan tanda-tanda dan penatalaksanaan keracunan minyak tanah selain
akibat organofosfat itu sendiri. Gejala klinis dari keracunan insektisida yaitu
terjadi proses sekresi atau keluarnya air mata secara berlebih, urinasi, diare,
gejala kerusakan lambung, miosis (pengecilan ukuran manik mata), dan
bronkokonstriksi (penyempitan bronkus) dengan sekresi berlebihan. Disamping
itu, anak tampak sesak dan banyak mengeluarkan lendir serta mulutnya berbusa.
Bisa juga terjadi bradikardia atau perlambatan denyut jantung, hingga kurang
dari 60 kali per menit. Gejala lainnya adalah hiperglikemia (konsentrasi gula
darah yang tinggi), kejang, penurunan kesadaran sampai koma. Pertolongan
pertama yang tepat yaitu secara garis besar sama saja dengan pertolongan
pertama pada keracunan hidrokarbon. Namun setelah melepas baju dan apa saja
yang dikenakan anak, cucilah tubuhnya dengan sabun dan siram dengan air
mengalir.
3. Keracunan Makanan
Faktor
penyebabnya antara lain:
- Makanan tersebut
mengandung zat-zat kimia berbahaya yang bila ditelan dapat membuat anak
keracunan, seperti jengkol, jamur, dan singkong yang mengandung zat cyanogenic
unamarine yang dapat membahayakan tubuh.
- Proses pengolahan dan
penyimpanannya salah. Bisa juga karena sudah kedaluwarsa sehingga makanan itu
kini berubah menjadi racun.
- Makanan yang dikonsumsi
tercemar oleh zat beracun, baik yang disengaja semisal pengawet, zat pewarna
dan penyedap, maupun yang tidak disengaja karena makanan tersebut ternyata
mangandung kuman salmonella, staphylococcus dan kuman lainnya.
Gejala klinis
mual, perut terasa panas, pusing, lemah/lemas, sesak, serta pernapasan
berlangsung cepat dengan bau khas. Gejala lainnya adalah kejang, berkeringat,
mata menonjol dan midriasis (bola mata membesar). Mulut umumnya berbusa
bercampur darah. Sedangkan pada mereka yang berkulit putih, warna kulitnya
menjadi merah bata sementara warna kulit umumnya menjadi kebiru-biruan karena
kekurangan oksigen. Pertolongan pertama yang seharusnya dilakukan buka ruangan
yang tertutup agar oksigen dapat dengan mudah dihirup anak. Jangan
mengerumuninya. Buka pakaian atau benda-benda yang dikenakan agar pori-porinya
mendapat oksigen. Usahakan zat beracun yang tertelan anak dapat segera
dikeluarkan dengan cara merangsangnya supaya muntah. Berikan zat antiracun.
Untuk menghambat proses kerja racun, berikan ia susu dan air kelapa muda.
Namun, usaha ini hanya untuk menghambat dan bukan untuk mengobati. Jadi, anak
harus tetap dibawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Gejala klinis
keracunanan makanan kadarluarsa pada umumnya makanan kaleng yang rusak
atau tercemar mengandung kuman Clostridium botulinum yang berbahaya buat
tubuh. Gejala klinisnya adalah mata kabur, refleks cahaya menurun atau malah
negatif, dan kelumpuhan otot-otot mata. Gejala lainnya adalah kelumpuhan
saraf-saraf otak yang bersifat simetrik, disartria (kesulitan menelan),
dysarthria (gangguan bicara), maupun kelumpuhan atau general paralyse.
Pertolongan pertama kurang lebih sama dengan penanganan keracunan singkong.
Namun karena kuman sangat cepat menyerang organ-organ tubuh, penanganannya
relatif sulit dilakukan awam. Bawalah segera ke dokter untuk mendapat
penanganan yang tepat.
4. Keracunan Salisilat
Paling sering
dijumpai pada anak. Mengapa? Karena salisilat biasanya dikemas dalam bentuk
menarik dengan rasa yang disukai anak-anak sebagai obat batuk, obat pusing,
demam, flu dan lainnya. Kalau letak obat-obatan itu mudah dijangkau anak atau
disimpan sembarangan, sangat mungkin mereka meminumnya dengan dosis berlebih.
Bisa juga
orang tua sendiri memberikan obat-obatan yang mengandung salisilat ini secara
berlebih tanpa menyadari bahayanya. Padahal minum salisilat secara berlebihan
dapat menyebabkan iritasi bagian-bagiah lambung, stimulasi saraf, mempengaruhi
metabolisme karbohidrat, disamping meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh.
Dampak merugikan lainnya adalah gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal yang
bisa menyebabkan gagal ginjal akut, kelainan asam basa dan elektrolit, odema
paru dan hipertermia.
Gejala klinis
pada keracunan salisilat yaitu bila saluran pencernaan yang terkena, gejala
klinis yang akan muncul adalah mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan
perdarahan saluran pencernaan. Sedangkan jika susunan saraf pusat yang terkena
akan timbul gejala klinis berupa pernapasan cepat dan dalam, bunyi berdengung,
gangguan perhatian, halusinasi dan kejang sampai koma.
Pertolongan
pertama yang dilakukan beri rangsangan muntah yang dilanjutkan dengan pemberian
norit. Selain agar salisilat dapat segera dikeluarkan, obat antiracun pun dapat
bekerja menghambat proses keracunan. Beri anak minum air putih
sebanyak-banyaknya agar terjadi peningkatan pengeluaran air seni sebanyak 3-6
ml per kg berat badan. Dengan cara demikian, zat racun yang masuk ke tubuh bisa
segera dibantu pengeluarannya.
5. Keracunan Gigitan Binatang
Gigitan
binatang berbisa kadang tak bisa dihindari. Akibat yang ditimbulkan bisa
berbeda-beda, tergantung dari jenis racun binatang yang masuk ke tubuh korban.gejala
klinis bentol-bentol, kulit melepuh, bengkak, jantung berdebar keras,
kehilangan pandangan, pusing dan tubuh membiru. Pertolongan pertama pada kasus
ini yaitu pada kasus yang ringan, seperti digigit serangga, orang tua dapat
mengoleskan obat penghangat, seperti minyak kayu putih atau balsem. Pada kasus
yang relatif berat seperti gigitan ular, hambatlah aliran darahnya dengan
membebat daerah yang terkena gigitan, tapi biasanya cara ini kurang efektif.
Langkah yang terbaik adalah dengan sesegera mungkin membawa anak ke dokter
untuk mendapatkan perawatan yang benar dan memadai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Racun adalah bahan yang jika tertelan, terhirup, teresap
kedalam kulit (misalnya, dari tanaman) atau tersuntikkan (misalnya dari
serangan serangga) bias menyebabkan penyakit, kerusakan dan kadang-kadang
kematian.
Keracunan
adalah salah satu kasus darurat yang paling sering terjadi pada anak-anak
dibawah usia 5 tahun. Bagian terbesar dari kasus ini adalah menelan racun.
Gejala-gejala keracunan umumnya
yaitu ingin muntah, dimana
anak muntah tanpa sebab yang jelas, ada
luka bakar di bibir atau mulut anak, anak susah untuk dibangunkan, anak
mengalami kesulitan pernafasan, anak
mengalami sakit perut,dan anak menalami
serangan sakit yang mendadak.
Ada banyak factor yang menyebabkan
anak keracunan, anak yang berada pada masa golden age atau masa keemasan sangat
aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang kuat serta diiringi dengan fase oral
yang dialami anak usia dini.
Penanganan yang dilakukan berupa
menjauhkan bahan-bahan yang mengandung zat kimia beracun dari jangkauan
anak-anak. Kita sebagai pendidik dan calon ibu harus memelihara kebiasaan pencegahan keracunan termasuk
bersiaga terhadap keracunan.
Apalagi kebanyakan anak menggunakan indera raba dan rasa
ketika menjelajah sesuatu yang baru sehingga tidaklah heran jika mereka
menyentuh dan memasukkannya kedalam mulut. Keracunan bisa terjadi dari menelan
tanaman, penyerapan racun melalui kulit atau menghirup asap dari api yang
membakar tanaman beracun.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan ilmu mengenai keracunan dan penanganannya, apalagi kita sebagai
calon pendidik harus mengetahui apa saja penyebab dan solusi dari keracunan
ini.
Daftar Pustaka
1. Jones and Barlett. 2001. Pertolongan Pertama & RPJ
pada Anak. Terjemahan oleh Susi Purwoko, Surya Satyanegara. Jakarta : Arcan
2. Tabloid Nova. 2010. Kesehatan Anak . Mengatasi keracunan pada anak.(http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/mengatasi-keracunan-pada-anak.html. diakses 24 Februari 2011)
3.
Rafif Safa
Alzena. 2010. Bayi dan Anak. Keracunan
pada anak, mengenali gejala dan tip pencegahannya. (http://rafifsafaalzena.blogspot.com/2010/12/keracunan-pada-anak-mengenali-gejala.html. diakses24February2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar